Penerapan
sistem hidropinik pada budidaya kangkung merupakan pilihan tepat pada
kondisi saat ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sosial masyarakat setempat serta banyaknya jumlah permintaan sayur
terutama kangkung. Gaya hidup masyarakat saat ini cenderung beralih
menjadi pola hidup konsumtif yang mulai memilih produk dengan kualitas
tertentu misalnya produk dengan label organik . Oleh karena itu, produk
hasil pertanaman dengan sistem hidropinik juga dapat dijadikan sebagai
nilai jual tersendiri. Kemudahan dalam pengelolaan jenis nutrisi yang
diberikan juga lebih mudah dibanding dengan sistem tanam konvensional
(Kohar et.al, 2004).
Kebutuhan
kangkung terhadap asupan nutrisi pada sistem hidroponik tidak jauh
berbeda dengan sistem pertanaman konvensional. Hanya saja dalam sistem
hidroponik, nutrisi yang diberikan sudah dalam bentuk larutan dan
tersedia bagi tanaman. Kebutuhan tanaman terhadap nutrisi menurut Powers
dan Robert (1999) bervariasi tergantung dari jenis tanamannya. Pada
dasarnya unsur essensial merupakan unsur yang paling dibutuhkan pada
pertumbuhan tanaman. Unsur essensial digolongkan menjadi dua yaitu
makronutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, dan
mikronutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Pertumbuhan
tanaman beragam tergantung pada jumlah atau konsentrasi nutrisi yang
diberikan. Respon yang muncul juga dipengaruhi oleh bentuk partikel
nutrisi, jenis tanaman serta kondisi lingkungan setempat.
Pembuatan
nutrisi untuk sistem hidroponik juga harus memperhatikan jenis nutrisi
yang digunakan serta hubungan antar nutrisinya. Beberapa nutrisi
memiliki hubungan yang bersifat sinergi dan ada pula yang bersifat
antagonistik. Hubungan sinergi terjadi apabila penyerapan suatu nutrisi
dapat memicu ketersediaan nutrisi lain. Hubungan antagonis terjadi
apabila penyerapan nutrisi tertentu mengakibatkan tidak terserapnya
nutrisi lainnya. Akan tetapi sifat antagonis dapat dimanfaatkan untuk
efek toksik beberapa elemen seperti penambahan Sulfur pada jenis tanah
tertentu untuk mengurangi efek toksik dari Molybdenum (Acquaah, 2001).
Menurut
Lakitan (2010), pemberian konsentrasi larutan terhadap tanaman juga
terdapat batasan-batasan. Batas konsentrasi unsur hara dalam jaringan
tumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan tertekan sebesar 10% dari
pertumbuhan maksimum disebut sebagai ”batas kritis” bagi nutrisi
tersebut. Tumbuhan dikatakan kekurangan (deficient) nutrisi tertentu
jika pertumbuhan terhambat yakni hanya mencapai 80% dari pertumbuhan
maksimum, walaupun semua unsur hara essensial lainnya tersedia
berkecukupan.
Berdasarkan
ketentuan ketepatan konsentrasi yang dibutuhkan tanaman. Penerapan
sistem hidroponik merupakan pilihan tepat sebab pada sistem ini,
pembuatan nutrisi melalui perhitungan yang cermat serta mudah untuk
dilakukan modifikasi konsentrasi. Ketepatan konsentrasi dapat diketahui
dengan memperhatikan kepekatan larutan yang dapat diketahui dengan
menghitung daya hantar arus listrik dari larutan tersebut (Electro
Conductivity = EC). Semakin pekat larutan, maka semakin besar pula arus
listrik yang dihantarkan (Irawan, 2003).
Setiap
bahan kimia mempunyai nilai EC yang berbeda. Sehingga pencampuran
nutrisi pada sistem hidroponik juga akan memberikan nilai EC yang
spesifik. Satuan EC didasarkan pada satuan daya hantar listrik yaitu
mS/cm, atau mmho/cm. Jumlah EC untuk tanaman kecil adalah 1,0 mS/cm,
sedangkan untuk tanaman sedang sebesar 1,5 mS/cm dan untuk tanaman besar
adalah 2 mS/cm. Peningkatan nilai EC juga diperbolehkan sampai pada
batas tertentu. Batasan nilai EC ditujukan untuk menghindari terjadinya
penurunan efisiensi penyerapan nutrisi karena tanaman mulai jenuh untuk
menyerap nutrisi. Peningkatan nilai EC berdampak pada pertumbuhan
tanaman yang cepat mencapai ukuran layak panen, meskipun memerlukan
penambahan biaya untuk pemberian tambahan pupuk (Karsono, 2002).
Selain
kemudahan dalam penentuan konsentrasi nutrisi yang diberikan penerapan
penanaman secara hidroponik akan mengurangi kandungan logam pb akibat
penanaman kangkung di lahan bebas. Menurut Kohar et.al (2004), kangkung
termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media
tumbuhnya, padahal kangkung banyak dikonsumsi dan sering dijumpai tumbuh
atau ditanam di tanah-tanah kosong di sekitar daerah sungai dengan
pengairan yang berasal dari sungai tersebut. Tanaman kangkung yang
tumbuh atau ditanam di daerah yang tercemar oleh Pb dapat menyerap Pb
dan dibawa ke seluruh bagian tanaman.
Efisiensi
penggunaan nutrisi juga dapat diterapkan pada sistem hidroponik dengan
memanfaatkan kembali larutan nutrisi. Menurut Susila (2009), pemanfatan
kembali larutan nutrisi pada konsentrasi larutan nutrisi awal tinggi
dapat meningkatkan bobot tanaman kangkung yang dapat dipasarkan sesuai
dengan ukuran panen.
REFERENSI
Acquaah, George. 2001. Principles of Crop Production: Theory, Techniques, and Technology. Prentice Hall. India. 460 hal.
Irawan, Agus. 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah. M2S. Bandung
Karsono, Sudibyo, Sudarmojo, dan Yos Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta. 64 hal.
Kohar,
Indrajati, Poppy Hartatie Harjo, Melyana Jonatan, dan Onie Agustanti.
2004. Studi Kandungan pb dalam Batang dan Daun Kangkung (Ipomoea reptans) Yang Direbus dengan Penambahan NaCl dan Asam Asetat. Makara Sains 8 (3) :85-88.
Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-DasarFisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta.
Powers, Laura E., dan Robert McSorley. 1999. Ecological Principles of Agriculture. Cengage Delmar Learning. Boston. 456 hal
Susila, Anas D. 2009. Pengembangan Teknologi Maju untuk Meningkatkan Produksi Sayuran Berkualitas Sepanjang Tahun. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB..